Entri yang Diunggulkan

Sudah Ramai Online, Apakah Perpustakaan Desa Masih Berpotensi Diminati ?

Perpustakaan Desa, kata ini mungkin sudah mulai jarang terdengar di telinga Anda. Apakah Anda pernah sekali saja berkunjung ke perpustakaan ...

Literasi dari HATI

 “Shofiyah mulai menyukai dunia sastra dan berkecimpung di dunia kepenulisan setiap harinya dengan alasan hobi. Namun, ia tidak melupakan yang dimilikinya—peserta didik. Kemudian ia berharap suatu hari kelak, ada satu atau dua anak yang mengikuti jejaknya mengabadikan aksara.”

- Shofiyah -

Literasi dari HATI

HATI Islamic Boarding School merupakan yayasan yang terletak di Jalan K.H. Aminudin, Kraksaan, Probolinggo (67282). Pemiliknya ialah Drs. H. Hasan Aminudin, M.Si bersama istrinya, Hj. Puput Tantriana Sari, S.E., yang juga menjadi Ibu Bupati Kabupaten Probolinggo. Kabupaten ini terletak di antara tapal kuda dengan kabupaten-kabupaten yang lain, yakni: Situbondo, Bondowoso, Jember, dan Lumajang. 

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shofiyah (2018) dalam skripsinya yang berjudul, "Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap Angka Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2016" salah satunya, diperoleh bahwa sebesar -1,868236 angka kemiskinan di Provinsi Jawa Timur dipengaruhi oleh IPM dan -0,251899 dipengaruhi oleh PDRB. Artinya, setiap ada kenaikan IPM sebesar 1 satuan, maka angka kemiskinan berkurang sebesar 1,868236% dan jika ada kenaikan 1 satuan PDRB, maka angka kemiskinan berkurang sebesar 0,251899%. IPM lebih berpengaruh daripada PDRB terhadap angka kemiskinan di Jawa Timur pada rentang tahun tersebut. 

Angka kemiskinan di Kab. Probolinggo menduduki peringkat 3 terbawah dari 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Adapun angka kemiskinan tersebut dari tahun 2010-2016, secara berturut-turut yaitu: 25,22%; 23,50%; 22,15%; 21,12%; 20,44%; 20,82%; dan 20,98%. Maka, untuk menekan angka tersebut, salah satu cara paling ampuh ialah meningkatkan IPM. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut BPS Provinsi Jawa Timur (2015) menyebutkan ada tiga indikator, yakni: umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent standard of living). 

Ibu Hj. Puput Tantriana Sari, S.E., merasa ketika melihat kondisi yang memprihatinkan seperti ini, akan menimbulkan polemik baru jika tidak diatasi dengan pemikiran yang matang. Oleh sebabnya, salah satu terobosannya yaitu menyediakan akses belajar yang memadai agar angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah di kabupaten ini bisa meningkat, sehingga IPM juga meningkat dan dapat menekan angka kemiskinan yang ada.

26 Agustus 2015, HATI Islamic Boarding School selanjutnya diakronimkan menjadi HIBS, disahkan dan dilakukan operasional sebagai yayasan yang menaungi SMP HATI Bilingual Boarding School yang notabene siswa-siswanya berasal dari 24 kecamatan di Kab. Probolinggo, masing-masing sebanyak 2 orang sebagai delegasi. Penentuan delegasi tersebut mencakup keadaan ekonomi keluarga peserta didik, kemampuan akademik dan non akademik yang menunjang karena proses belajar di sekolah maupun di asrama tidak dibebankan biaya pendidikan (gratis). Sehingga, yang terjaring adalah yang benar-benar bisa menjadi amanah dari masing-masing kandidat kecamatan. Walaupun ingin menempuh pendidikan secara mandiri, sangat diperkenankan dengan mengikuti prosedur yang ada. Hingga kini, HIBS berdiri hampir 6 tahun, bahkan telah ada SMA HATI Bilingual Boarding School dan tahun 2021 angkatan pertama lulus. Syukur alhamdulillah.

Peserta didik HATI memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Mereka berasal dari kecamatan yang berbeda, yang notabene memiliki ciri khas berbeda. Ada yang dari daerah dataran tinggi, dataran rendah, dan pusat pemerintahan daerah. Karena berbeda daerah dan berasal dari keluarga ekonomi yang menengah ke bawah, tentu pemenuhan kebutuhan mereka selama SD bisa dipastikan tidak semuanya dapat dibeli dengan gampang. Ada usaha-usaha lebih untuk menggapainya. 

Berangkat dari pemikiran itulah, Shofiyah, seorang perempuan yang diangkat menjadi guru di sana, mengambil inisiatif pada mulanya untuk membawakan beberapa buku bacaan ringan ketika awal-awal mengajar di HIBS ini. Tidak disangka betapa antusiasnya anak-anak, berhubung mereka tidak memiliki hiburan lain selain main di lapangan, proses belajar dari pagi hingga sore (karena full day school) dan ditambah dengan kegiatan Diniyah di malam hari. Bagaimanapun, sekolah Kami berbasis asrama yang harus mengedepankan nilai-nilai spiritual meskipun tidak memperoleh materi sebanyak anak pondok pada umumnya. Mereka antusias untuk membaca. Mereka bergantian melihat isi buku-buku yang penulis berikan.
..............................
Kisah lengkap "Literasi dari HATI" dapat anda baca di buku Membumikan Literasi.

Membumikan Literasi.


Belum ada Komentar untuk "Literasi dari HATI"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel