Entri yang Diunggulkan

Sudah Ramai Online, Apakah Perpustakaan Desa Masih Berpotensi Diminati ?

Perpustakaan Desa, kata ini mungkin sudah mulai jarang terdengar di telinga Anda. Apakah Anda pernah sekali saja berkunjung ke perpustakaan ...

Impian Sang Pejuang Literasi

 “Kegemaran Nina kecil untuk membaca berlanjut hingga masa-masa menuntut ilmu di sebuah pesantren. Ia kerap membeli majalah bekas yang dijual oleh warung-warung terdekat, kemudian membacakan cerita untuk teman-teman satu kamarnya.” 

- Nikotiana HJ -

Impian Sang Pejuang Literasi

Perempuan itu biasa dipanggil Bu Nina. Ia gemar membaca sejak kecil. Saat sekolah dasar, ia sangat senang meminjam buku cerita di perpustakaan sekolahnya. Kala itu buku-buku perpustakaan masih tersimpan di ruang guru dan sekolah belum memiliki ruang perpustakaan tersendiri. Sehingga jika ingin meminjam buku harus masuk ke ruang guru ketika jam istirahat tiba.

Kegemaran Nina kecil untuk membaca berlanjut hingga masa-masa menuntut ilmu di sebuah pesantren. Ia kerap membeli majalah bekas yang dijual oleh warung-warung terdekat, kemudian membacakan cerita untuk teman-teman satu kamarnya. Sejak itu pula Nina yang beranjak remaja suka menulis puisi dan curahan hatinya di sebuah buku diary.

Suatu ketika seorang teman menemukan buku diary Nina remaja, tulisan yang berisi curahan hati itu terbaca oleh temannya. Nina sangat kecewa dan menyayangkan peristiwa itu. Sejak saat itu Nina remaja enggan menulis diary lagi, ia merasa trauma atas kejadian tersebut. Nina remaja menjadi pribadi yang tertutup.

Lulus dari pesantren, Nina remaja melanjutkan studinya di perguruan tinggi negeri di Yogyakarta. Kegemarannya membaca masih melekat dalam dirinya. Ia kerap mengunjungi perpustakaan di kampusnya. Setiap bulan ia menyisihkan uang untuk membeli buku, baik buku rujukan maupun buku bacaan fiksi dan non fiksi. Salah satu buku yang membuatnya kembali menemukan rasa percaya dirinya, yaitu berjudul “Berpikir dan Berjiwa Besar (The Magic of Thinking Big)” karya David J Schwartz. Buku motivasi yang mendapat predikat best seller.

Bisa jadi bukan hanya Nina remaja yang merasakan dahsyatnya pengaruh sebuah tulisan (buku), maka benar ungkapan Sayyid Quthb bahwa, “Satu peluru hanya mampu menembus satu kepala, tetapi satu tulisan dapat menembus ribuan bahkan jutaan kepala”. Demikianlah kekuatan sebuah tulisan, yang dapat mempengaruhi hingga menciptakan perubahan pada sang pembacanya.

Nina remaja beranjak dewasa. Setelah mendapat predikat Sarjana Strata Satu Bidang Studi Hukum Islam, ia kembali ke tanah kelahirannya. Nina pun kembali menempuh studi pendidikan Akta-IV di kota terdekat, dari sanalah bermula jiwa pendidiknya kembali bangkit. Lagi-lagi ia terinspirasi dari sebuah buku yang berjudul “Sekolahnya Manusia” karya Munif Chatib.

Selama satu tahun Nina menyelesaikan studi Akta-IV-nya, selang beberapa hari beruntung sebuah sekolah dasar swasta memanggilnya untuk mengikuti tes seleksi guru baru. Alhamdulillah, ia lolos dan diterima bekerja di sekolah tersebut. Keinginannya menjadi seorang pendidik yang baik bagi peserta didiknya, memantik ia untuk terus mencari inspirasi dengan membaca. 

Karya-karya Munif Chatib, Ida S. Widayanti, Ayah Edi, dan buku-buku parenting lainnya sedikit banyak mempengaruhi pola pikir Bu Nina dalam bertindak sebagai guru. Ia tidak pernah menganggap peserta didiknya bodoh, meskipun peringkatnya paling bawah. Kala itu masih menganut sistem peringkat atau rangking (sebelum adanya Kurikulum 2013). 

Bu Nina memandang bahwa setiap anak adalah bintang, mereka memiliki kelebihan pada bidangnya masing-masing. Tugas guru adalah memantik kemampuan peserta didiknya agar mereka bersinar dengan cahayanya sendiri. Oleh sebab itu, Bu Nina selalu memotivasi peserta didiknya agar mereka selalu percaya dengan kemampuan dirinya.

Kecintaan Bu Nina pada salah satu kegiatan literasi yaitu membaca, ia tularkan kepada peserta didiknya. Bu Nina selalu menciptakan suasana agar anak-anak didiknya bersemangat dan senang untuk belajar di kelas. Mulai dari menonton film edukasi dengan layar LCD, belajar sambil bermain dengan games yang Bu Nina rancang sendiri, hingga mengajak anak-anak berkunjung ke Perpustakaan Daerah.

Bu Nina sangat senang melihat anak-anak didiknya begitu antusias selama di perpustakaan. Rasa ingin tahu yang sangat tinggi, merangsang anak-anak melahap buku cerita yang ada di Perpustakaan Daerah itu. Pemandangan yang sangat membahagiakan bagi Bu Nina. Ada bisikan doa saat Bu Nina melihat pemandangan tersebut. Bu Nina berharap dalam diri setiap anak tumbuh benih cinta kepada buku. Sebab dengan membaca buku daya imajinasi anak-anak terus berkembang, hal ini memantik kecerdasan mereka.
............................
Kisah lengkap "Impian Sang Pejuang Literasi" dapat anda baca di buku Membumikan Literasi.
Membumikan Literasi.


Belum ada Komentar untuk "Impian Sang Pejuang Literasi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel