Entri yang Diunggulkan

Sudah Ramai Online, Apakah Perpustakaan Desa Masih Berpotensi Diminati ?

Perpustakaan Desa, kata ini mungkin sudah mulai jarang terdengar di telinga Anda. Apakah Anda pernah sekali saja berkunjung ke perpustakaan ...

Alfarabi untuk Mengenangnya yang Berada di Surga

 “Motivasinya semakin kuat ketika masa pandemi datang, melihat anak-anak sekitar hanya mengisi hari-hari dengan bermain ke sana ke mari. Ia mencoba memberikan warna baru, dengan membagikan pengalaman membaca untuk anak sekitar dan membawakan buku-buku bacaan di Taman Pendidikan Al-Qur’an dekat rumahnya.”

- Arista Setiyastuti -

Alfarabi untuk Mengenangnya yang Berada di Surga

Tahun 2018 adalah tahun cobaan terberat bagi Arista Setiyastuti. Tak pernah terbayangkan olehnya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan memberikan cobaan sekaligus ujian terdahsyat dalam hidupnya. Ia harus mengikhlaskan anak yang masih berada dalam kandungannya di detik-detik akan lahir ke dunia. Anak laki-laki mungil nan menggemaskan akhirnya lahir tanpa suara dan kembali ke Rabb-nya.

Peristiwa itu menjadi titik balik baginya untuk tidak terlarut dalam kesedihan yang mendalam. Tiga bulan masa sulit pasca ditinggalkan anak tersayang menjadi masa sulit yang dilewati dengan perasaan tak pasti. Kadang kesedihan mendalam masih melanda membuat jiwa menjadi kurang stabil. 

Di bulan Januari 2019, ia menemukan satu komunitas yang  beranggotakan ibu-ibu hebat Indonesia melalui sahabatnya. Alhamdulillah melalui komunitas itu ia mulai menemukan arah ke mana akan mengisi hari-harinya agar lebih bermanfaat dan tidak kosong. Lalu, ketertarikannya dengan dunia literasi mulai terpatri ketika ada kesempatan di mana terdapat tugas menyampaikan keinginan yang ingin dicapai dalam hidup. 

Sebelumnya, ia tak begitu cinta dengan buku, hanya biasa-biasa saja. Koleksi bukunya pun hanya sisa-sisa saat kuliah dan beberapa milik kakaknya. Namun, berkat komunitas yang diikutinya, hatinya tergerak untuk mendirikan sebuah perpustakaan sederhana di rumah. Perpustakaan yang bisa dijangkau oleh banyak orang tentunya, terutama anak-anak. Kenapa anak-anak? Karena ia masih teringat selalu dengan mendiang putranya yang telah berada bersama Rabb-nya.

Tekadnya dalam dunia literasi ketika diajak temannya untuk menulis kisah yang dituangkan dalam buku antologi. Awalnya ia tak yakin apakah bisa menulis. Dengan kemampuan seadanya, ikutlah ia di dalam tim antologi dan nyatanya satu buku antologi terbit dengan salah satu isinya adalah hasil tulisannya. 

Kemudian ia sering mengikuti pertemuan daring dengan teman-temannya sesama pecinta literasi. Dengan itu, niatnya dalam mengembangkan literasi berhasil dipertemukan dengan banyak orang baik yang satu visi. Karena di sana ia banyak belajar tentang dunia literasi, serta tidak malu bertanya apabila ada hal ingin ia ketahui guna mendukung niat baiknya untuk bergerak dalam dunia literasi di kemudian hari.

Kebingungan sempat melanda ketika ia mulai berpikir; dari mana akan mendapatkan buku-buku untuk perpustakaan yang akan dirintis? Gayung bersambut, salah satu temannya menyarankan untuk membuka donasi ke khalayak, tak perlu memakai proposal tapi hanya berbekal status Whatsapp. Kemudian saran itu coba dengan memasang status di Whatsapp. Tak disangka, ada salah satu orang yang tak lama langsung merespon. 

Alhamdulillah, betapa bahagianya ia mendapatkan respon donasi yang sedemikian cepat. Bapak yang merespon itu adalah salah satu pegawai di sebuah perusahaan penerbit. Beliau langsung bertanya untuk siapa, butuh genre apa, silakan bisa ambil di kantor banyak buku yang bisa mengisi taman bacanya tanpa syarat apapun. 

Pemberian donasi buku-buku itu menjadi tambahan kekuatan baginya untuk menambah koleksi buku-buku untuk perpustakaannya. Tak lama teman satu komunitas pun juga menawari donasi buku, tak perlu pikir panjang ia langsung menjawab, ya, tentu Alhamdulillah. Semuanya berlanjut ke teman-teman yang baru dikenal secara daring sampai saat ini sudah beberapa yang ikut memberikan donasi.

Perpustakaan mandiri yang menjadi impiannya akhirnya berdiri dan diberi nama TBM Alfarabi, sesuai nama mendiang anaknya. Nama tersebut dipilih agar ia bisa selalu mengingat bahwa ia memiliki pangeran surga yang akan menjemputnya kelak. Nama yang indah penuh makna yang memiliki harapan yang mendalam. 
........................
Kisah lengkap "Alfarabi untuk Mengenangnya yang Berada di Surga" dapat anda baca di buku Membumikan Literasi.
Membumikan Literasi.


Belum ada Komentar untuk "Alfarabi untuk Mengenangnya yang Berada di Surga"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel